Akhir Sebuah Penantian: Drupadi (Film)

by - April 17, 2017

Drupadi merupakan salah satu film yang sudah ingin aku tonton sejak film ini awal dirilis pada tahun 2008. Tetapi karena ternyata Drupadi hanya diputar untuk kalangan terbatas dan aku nggak pernah mendapatkan kesempatan buat menonton film ini, aku cuma bisa menunggu sampai entah kapan. Dan setelah 9 tahun menunggu, penantianku pun akhirnya berakhir pada hari Sabtu (18/02), ketika Drupadi menjadi salah satu film yang diputar pada program bulan Februari di Kineforum.

http://milesfilms.net/drupadi/
pic from google

Dulunya aku tertarik buat nonton film ini cuma karena film ini dibintangi oleh Dian Sastro dan Nicholas Saputra. Tapi setelah mencari informasi lebih lanjut tentang film ini, aku jadi tambah pengen buat nonton karena cerita dan line-up-nya yang menjanjikan. Apalagi Miles Film bekerjasama dengan Yayasan Bagong Kussudiardja. Udah kebayang dong film bertema budaya yang diproduksi sama orang-orang yang ahli di bidangnya.

Mengadaptasi salah satu episode epos Mahabharata klasik dari India, Drupadi menceritakan kisah Drupadi yang merupakan istri dari Pandawa. Perlu digarisbawahi kalau kisah Drupadi dalam pewayangan Jawa berbeda dengan versi India. Di pewayangan Jawa, Drupadi merupakan istri Yudhistira.

pic from google

Drupadi yang terlahir dari rahim agni menjadi istri Pandawa setelah Arjuna memenangkan sayembara memanah yang diadakan untuk menemukan pendamping hidup Drupadi. Meskipun ini merupakan sebuah sayembara, Drupadi sebenarnya turut ambil bagian dalam kemenangan Arjuna yang telah membuatnya jatuh hati. Drupadi menolak Karna yang mengikuti sayembara tersebut dengan alasan Karna adalah anak seorang kusir hingga Arjuna pun akhirnya berhasil memenangkan sayembara tersebut setelah berhasil memanah bunga teratai di atas kolam dan membuat kelopaknya terbagi menjadi lima. Drupadi yang hanya mencintai Arjuna ini pun akhirnya harus memenuhi janji Dewi Kunti dimana apapun yang dimiliki oleh seorang Pandawa adalah milik keempat Pandawa lainnya.

pic from google

Drupadi pun memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri untuk kelima suaminya dengan baik sampai datang undangan dari keluarga Kurawa untuk bermain dadu. Drupadi dan keempat Pandawa berusaha meyakinkan Yudhistira bahwa mereka cukup memenuhi undangan Duryudana tanpa harus bermain dadu tetapi Yudhistira memutuskan untuk memenuhi undangan untuk bermain dadu.

pic from google

Pada akhirnya Yudhistira menjadikan Drupadi sebagai taruhan setelah ia mengalami kekalahan yang beruntun dari Kurawa dalam permainan dadu hingga tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Tidak negaranya, tidak saudara-saudaranya, tidak pula dirinya sendiri. Yudhistira pun lagi-lagi kalah dan Drupadi diseret layaknya seekor kuda oleh Dursasana. Drupadi berteriak dan memberontak. Ia mempertanyakan keberadaan kelima suami dan para tetua yang hanya terdiam ketika ia diperlakukan dengan biadab oleh Kurawa. Ia juga mempertanyakan apakah Yudhistira yang bahkan sudah tidak memiliki hak atas dirinya sendiri masih bisa menjadikan istrinya sebagai taruhan. Ia pun menangis memohon pertolongan kepada Kresna dan keajaiban terjadi. Kain yang membalut tubuh Drupadi terus terulur tak ada habisnya ketika ditarik oleh Dursasana hingga ia dan para Kurawa kelelahan.

pic from google

Drupadi berhasil menjaga kesuciannya dan ia pun berjanji untuk tidak mengikat rambutnya sampai ia bisa mencuci rambutnya dengan darah Dursasana. Pada akhir film ditampilkan pertempuran berdarah antara Pandawa dan Kurawa selama 18 hari.

* * *

Is it worth the wait?
Absolutely.

Karakter Drupadi sendiri adalah karakter yang menarik buat aku. Drupadi adalah sesosok perempuan yang cantik, pintar, dan berbakti kepada suami(-suami)nya. Mungkin memang terdengar biasa saja dan sama seperti tokoh-tokoh protagonis perempuan pada umumnya. Tetapi ada yang perlu diperhatikan di sini. Pada jaman dimana perempuan dijadikan barang taruhan dan diperlakukan tidak lebih dari sebuah benda, Drupadi berani menyuarakan penolakannya pada Kurawa dan bahkan mengutuk suami-suaminya serta para tetua yang tidak melakukan apapun ketika dia dihina sedemikian rupa. Bahkan pada akhirnya, ia mampu membalaskan dendamnya kepada Dursasana.

Dari segi directing, cinematography, costume design dan styling, serta musik, tidak ada yang mengecewakan. Riri Riza dan Gunnar Nimpuno sebagai sutradara dan penata kamera mampu berkolaborasi secara apik untuk meneritakan kisah Drupadi dengan apik dan membawa penonton untuk ikut merasakan kepahitan yang dialami Drupadi. Penataan musik gamelan yang megah oleh Djaduk Ferianto menambah keindahan film ini. Tidak ketinggalan costume design dan styling yang diemban oleh Chitra Subijakto memperkuat kesan terhadap film ini. Secara keseluruhan kombinasi para ahli dalam tim ini menyajikan sebuah film yang kental dengan budaya dan keindahan dan membawa pesan yang mengajak para perempuan untuk berpikir cerdas dan berani memperjuangkan hak-haknya.

Hanya satu hal yang kurang dari film ini: durasinya yang hanya 40 menit. Menurut artikel yang aku baca, sebenarnya Drupadi ini akan dibuat lanjutannya. Tetapi sayangnya, karena film ini mengangkat isu yang sensitif sehingga menuai banyak kontroversi, tim produksi akhirnya memilih untuk memutarkan film ini bagi kalangan terbatas saja.

Jujur memang tidak banyak film-film produksi dalam negeri yang aku tonton. Aku memandang sebelah mata film-film tersebut karena kualitasnya yang sering mengecewakan. Selain itu tidak mudah untuk menonton film-film dalam negeri yang berkualitas (sebut saja Drupadi ini). Tapi setelah melihat Drupadi, aku jadi makin teryakinkan kalau sebenarnya kita mampu kok untuk membuat film-film yang berkualitas. Baik dari konten cerita maupun 'penampilannya'. Semoga akan lebih banyak lagi film-film Indonesia berkualitas yang mengajak penonotonnya untuk berpikir cerdas seperti Drupadi ini.


You May Also Like

0 comments